ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LEUKEMIA
A. PENGERTIAN
Leukemia
adalah penyakit neoplastik yang ditandai oleh proliferasi abnormal dari sel-sel
hematopoietik. Klasifikasi akut atau kronik adalah sesuai dengan jenis sel yang
terlibat dan kematangan sel tersebut. Klasifikasi yang cermat adalah vital
karena modalitas pengobatan dan prognosisnya sangat berbeda.
Klasifikasi
menurut The French – American – British
(FAB) adalah klasifikasi morfologis yang didasarkan pada diferensial sel
dan pematangan sel – sel leukemia premodinan di dalam sumsum tulang, disamping
itu juga didasarkan pada penelitian sitokimiawi.
L-1 : Leukimia limfositik akut masa kanak-kanak
populasi sel homogen
L-2 : Leukimia limfositik akut tampak pada orang-orang dewasa populasi
sel heterogen.
L-3 : Limfoma Burkitt-tipe leukimia; sel-sel besar, populasi sel homogen.
( Price, Wilson, 1992 )
B. ETIOLOGI
Walaupun
penyebab dasar leukemia tidak diketahui, pengaruh genetik maupun faktor –
faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan, jarang ditemukan leukemia
familial, tetapi terdapat insidens leukemia lebih tinggi dari saudara kandung
anak – anak yang terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20 % pada
kembar monozigot (identik). Individu kromosom 21, seperti Syndrom Down
mempunyai indeks leukemia akut dua puluh kali lipat. Faktor – faktor lingkungan
berupa kontak dengan radiasi ionasi disertai manifestasi leukemia yang timbul
bertahun-tahun kemudian. Zat – zat kimia misalnya banzen, arsen,
khloramfenikol, fenibutazon dan antineoplastik, dikaitkan dengan frekuensi yang
meningkat pada penderita yang diobati baik dengan radiasi atau kemotrapi.
Setiap keadaan sumsum tulang hipoplastik merupakan predisposisi terhadap
leukemia. (Price, Wilson, 1992).
C. PATOFISIOLOGI
Leukemia
adalah jenis gangguan pada sistem hematopoietik yang total dan terkait dengan
sumsum tulang dan pembuluh limfe ditandai dengan tidak terkendalinya
proliferasi dari leukemia dan prosedurnya.
Sejumlah
besar sel pertama menggumpal pada tempat asalnya (granulosit dalam sumsum
tulang, lifosit di dalam limfe node) dan menyebar ke organ hematopietik dan
berlanjut ke organ yang lebih besar (Splenomegali; Hematomegali). Proliferasi
dari satu jenis sel sering mengganggu produksi normal sel hematopietik lainnya
dan mengarah ke pengembangan/ pembelahan sel yang cepat dan ke sitopenias
(penurunan jumlah). Pembelahan dari sel darah putih mengakibatkan menurunya
immunucompetence dengan meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi. (Long.
Barbara, C, 1993).
Jika
penyebab leukemia adalah virus, maka virus tersebut akan mudah masuk ke dalam
tubuh manusia, jika struktur antigen virus sesuai dengan struktur antigen
manusia. Begitu juga sebaliknya, bila tidak sesuai maka akan ditolak oleh
tubuh. Stuktur antigen manusia terbentuk oleh struktur antigen dari berbagai
alat tubuh terutama kulit dan selaput lendir yang terletak dipermukaan tubuh.
Istilah HL – A (Human Leucocyte Lotus – A) antigen terhadap jaringan telah
ditetapkan (WHO). Sistem HL – A individu ini diturunkan menurut hukum genetika,
sehingga adanya peranan faktor ras dan keluarga dalam etiologi leukemia tidak
dapat diabaikan (Ngastiyah, 1997).
Penurunan
produksi sel- sel darah merah menyebabkam anemia. Pucat terjadi karena umumnya
diakibatkan oleh berkurangnya volume darah, berkurangnya hemoglobin dan
vasokontriksi untuk memperbesar pengiriman oksigen ke organ vital neutropenia
menyatakan penurunan jumlah absolut netrofil. Karena peranan netrofil adalah
untuk pertahanan hospes, maka akan mempengaruhi individu terhadap infeksi. Dan
kurangnya pemeliharaan pada endhotelial dari pembuluh – pembuluh darah
menyebabkan perdarahan kecil dan petekia pada jaringan kutaneus. Perlu
dicurigai adanya perdarahan besar pada paru- paru, saluran pencernaan dan
sistem syaraf sentral, kemungkinan besar terjadi pada arackhnoid dan kemudian
terjadi peningkatan tekanan intra kranial dan tanda- tanda meningitis seperti ;
sakit kepala, lethargi, muntah dan edema pupil. (Gede Yasmin, 1993).
D. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi
klinis yang paling fatal adalah infeksi yang ditandai dengan demam, menggigil,
radang dan lemah. Sering timbul perdarahan (kulit, gingival atau visera),
karena trombositopenia nafsu makan berkurang, berat badan menurun, keletihan
dan pucat (anemia). Karena meningeal terkena maka timbul sakit kepala, gangguan
pengelihatan, mual dan muntah. Terdapat hepato – splenomegali, nyeri tekan pada
abdomen, anoreksia : limfadenopati dan mungkin teraba massa neoplastik (Jan T, 1999).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan laboratorium
a.
Darah tepi, gejala yang
terlihat pada darah tepi berdasarkan pada kelainan sumsum tulang berupa adanya
pansitopenia, limfositosis yang kadang- kadang menyebabkan gambaran darah tepi
monoton dan terdapat sel blas. Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan
gejala patognomik untuk leukimia.
b.
Kimia darah, kolesterol mungkin
rendah, asam urat dapat meningkat, hipogamaglobinemia.
c.
Sumsum tulang dari pemeriksaan
sumsum akan ditemukan gambaran yang monoton,yaitu hanya trdiri dari sel
limfopoetik, patologis sedangkan sistem lain terdesak (aplasia skunder).
- Cairan cerebrospinal
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan
protein, berarti suatu leukimia menigeal. Kelinan ini dapat terjadi setiap saat
pada perjalanan penyakit baik dalam keadaan remisi maupun kambuh. Untuk
mencegahnya di berikan MTX secara intratecal secara rutin pada setiap pasien
baru atauy pasien yang menunjukan tanda – tanda tekanan intrakranial meninggi.
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
o
Nyeri b.d infiltrasi lekosit
jaringan sistemik
o
Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit b.d kekurangan volume cairan
o
Kelemahan dan tidak toleran
terhadap aktivitas b.d anemia
o
Gangguan intregitas kulit:
alopesia b.d efek toksik kemoterapi
F. INTERVENSI
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1
2
3
4
|
Nyeri b.d infiltrasi lekosit jaringan sistemik
Kelemahan dan tidak toleran terhadap aktivitas b.d
anemia
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d kekurangan volume
cairan
Gangguan intregitas kulit: alopesia b.d efek
toksik kemoterapi
|
Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24
jam dengan kriteria hasil:
-Nyeri hilang/ terkontrol
-Klien tampak rileks
Setelah dilakuan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, meningkatnya
toleransi aktivitas dengan kriteria hasil:
- Klien berpartisipasi dalam aktivitas sehari-hari sesuai tingkat
kemampuan
-Klien menunjukkan tanda fisiologis tidak toleran ( TTV dalam
batas normal)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam kebutuhan
cairan terpenuhi dengan kriteria hasil klien :
-Klien menunjukkan volume cairan adekuat dibuktikan dengan TTV
stabil dan haluaran urine (berat jens dan pH dalam batas normal)
Setelah dilaukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam,
tiintegritas kulit bebs dari luka tekan dengan kriteria hasil:
- Klien ikut serta dalam pencegahan luka tekan
-Klien dapat menggambarkan integritas kulit bebas dari luka
-Klien memperhatikan integritas kulit bebas dari luka tekan
|
- Awasi tanda vital
-Ciptakan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress
- Ubah posisi secara periodik dan berikan/ Bantu latihan rentang
gerak lembut
-Beri tindakan kenyamanan (pijatan, kompres dingin)
-Kolaborasi pemberian analgetik
-Perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas
seharri-hari
-Ciptakan lingkungan yang tenang
dan dorong istirahat sebelum makan
-Implementasikan teknik penghematan energi
-Jadwalkan makan sekitar kemoterapi
- Awasi intake dan output cairan
-Timbang BB tap hari
- Awasi TD dan frekuensi jantung
-Perhatikan adanya mual, demam
- Dorong cairan sampai 3-4 L/ hari bia masukan oral dimulai
-Kolaborasi pemberian cairan IV sesuai indikasi
-Pertahankan kecukupan cairan untuk hidrasi yang adekuat
-Berikan dorongan latihan rentang gerak dan mobilitas berat badan,
bila mungkin
-Ubah posisi/ instruksikan individu untuk berbalik badan selama 30
menit/ sampai 2 jam
|
-Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan
intervensi
-Meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan koping
-Memperbaiki sirkulasi jaringan dan mobilitas sendi
-Meminimalkan kebutuhan atau meningkatkan efek obat
-Untuk tindakan keperawatan
-Efek leukemia, anemia dan kemoterapi mungkin kumulatif
-Menghemat energi untuk aktivitas dan regenersi seluler/
penyembuhan jaringan
-Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
-Dapat meningkatkan pemasukan dengan menurunkan mual
-Mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai fungsi ginjal
-Perubahan dapat menunjukkan efek hipolevemia (perdarahan/
dehidrasi)
-Mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairandan rute penggantian
- Meningkatkan aliran urin, mencegah pencetus asam urat dan
menungkatkan pembersihan obat antineoplastik
-Mempertahankan keseimbangan cairan/ elektrolit pada tak adanya
pemasukan melalui oral ; menurunkan resiko komplikasi ginjal
-Supaya kelembaban kulit tetap terjaga dan tidak mengalami
dehidrasi
- Untuk melatih sendi
-Menghindari terjadinya dekubitus
|
Carpenito, L.J.
1995. Nursing Care Plans & Documentation, Nursing Diagnoses and
Collaborative Problem. Alih bahasa : Monica Ester, Setiawan. Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta
: EGC.
Doenges Marilynn, E,
Moorehouse, M.F, Geissler, A.C. 1993. Nursing Care Plans, Guidelines
for Planning and Documenting Patient Care. Edisi 3. Alih bahasa : I
Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Penerbit Buku Jedokteran. Jakarta : EGC.
I Hartantyo, dkk.
1997. Pedoman Pelayanan Medik Anak. Edisi 2. Bagian Ilmu Kesehatan Anak.
FK Universitas Diponegoro.
Long Barbara, C.
1993. Essential Of Medical Surgical Nursing, A Nursing Process Approach.
Alih bahasa : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan. Penerbitan Yayasan
IAPK. Padjajaran Bandung.
Wong, D.L &
Whaley, L.F. 1999. Clinical Manual of Pediatric Nursing. St Louis. The Mosby
Company.
Sepenuhnya bisa didownload disini
0 Komentar untuk "Asuhan Keperawatan Dengan Leukimia"