ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MASTOIDITIS
A. Pengertian
Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan
oleh suatu infeksi pada telinga tengah jika tidak diobati menjadi Osteomilitis.
Mastoiditis adalah suatu infeksi bakteri pada
prosessus mastoideus ( tulang yang menomjol di belakang telinga ).
Mastoiditis adalah infeksi pada tulang mastoid karena
penyebaran infeksi masuk ketulang mastoid. ( Nehina Sandra M, 2001 ).
Mastoiditis adalah radang prosessor mastoideus, bagian
tulang temporal yang terletak dibelakang telinga. ( Kamus Kedokteran ahmad A.
K. Muda 1994 ).
Mastoiditis adalahperadangan kronik yang mengenai
rongga mastoid dan komplikasi dari Otitis Media Kronis. Lappisan epitel dari
telinga tengah adalah sambungan dari lapisan epitel sel- sel mastoid udara (
mastoid air cells) yang melekat ditulang temporal.
Mastoiditis adalah penyakit sekunder dari otitis media
yang tidak diraat atau perawatanya tidak adekuat.
B. Etiologi
Kuman aerob
·
Positif gram : S. Pyegenes, S. Albus.
·
Negatif gram : Proteus spp, Psudomonas spp, E.
Coli, kuman anaerob.
·
Bakterioides spp
C. Patofisiologi
Timbul dari infeksi yang berulang dari Otitis Media akut.
Faktor- factor yang menyebabkan timbulnya infeksi berulang.
1.
Eksogen :
infeksi dari luar melalui perforasi membrane timpani.
2.
Rinogen : dari
penyakit rongga hidung dan sekitarnya.
3. Endogen : alergi, DM, TBC paru.
D. Manifestasi Klinik
- Keluar cairan dari telinga tengah.
- Nyeri pada telinga tengah dan belakang telinga.
- Hilangnya pendengaran.
- Daun telinga terdorong ke depan lateral bawah.
- Bengkak pada mastoid.
- Nyeri tekan pada planum mastoid.
- Perforasi membrane tympani.
- Secret mukopurulen.
- Demam.
- Sakit kepala
- Edema.
E. Penatalaksanaan
Manifestasi klinik mastoiditis meliputi adanya pembengkakan dibelakang
telinga dan rasa sakit pada saat pergerakan minimal dari tragus, pinna atau
kepala. Rasa sakit tidak berkurang dengan tindakan Myringitomy. Selulitis
timbul dari kulit kepala luar selama proses mastoid berlangsung. Pada
pemeriksaan otostopik ditemukan adanya warna merah, tumpul, tebal, membrane
timpani yang tidak bergerak dengan atau tanpa perforasi. Klien mastoiditis juga
dapat mengalami demam yang tidak begitu tinggi, malas dan anoreksia.
F. Therapy
1.
Tipe tubo timpanal stadium aktif:
o
Antibiotika: ampisillin/amoxilin ( 3-4 X 500 mg
oral), klindamisin ( 3X150 mg-300 mg oral ) perhari selama 5-7 hari.
o
Pengobatan sumber infeksi dirongga hidung dan
sekitarnya.
o
Pengobatan alergi jika ada latar belakang
alergi.
2.
Tipe degeneratif
o
Atikoantrotomi
o
Timpanoplastik
3.
Tipe metaplastik/ campuran.
o
Mastoidektomi radikal
o
Mastoidektomi radikal dan rekonstruksi.
Paresis/paralysis syaraf fasialis
1.
Menentukan lokasi lesi
o
Dengan tes Scheimer
o
Reflek stapedeus.
2.
Mastoidektomi, urgen dan dekompresi syaraf fasialis.
3.
Rehabilitasi.
G. Diagnosa Keperawatan
1.
Nyeri akut berhubungan dengan bedah mastoid.
2.
Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan
mastoidektomi, pemasangan graft, dan trauma bedah terhadap jaringan dan
struktur disekitarnya.
3.
Perubahan persepsi sensori auditoris berhubungan dengan
kelainan telinga/ pembedahan pembedahan telinga.
4.
Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur
bedah, dan asuhan pasca operatif dan harapan.
5.
Cemas berhubungan dengan ketakutan akan tuli, perubahan
status kesehatan.
H. Intervensi Keperawatan.
1.
Nyeri akut berhubungan dengan bedah mastoid.
Tujuan: Nyeri berkurang dengan criteria hasil, pasien rileks,
dapat istirahat dengan tenang,
Intervensi:
Ø
Catat umur dan berat pasien, masalah medis/
psikologis yang muncul kembali.
Rasional: pendekatan pada manajemen rasa sakit
pascaoperasi berdasarkan kepada factor- factor variasi multiple.
Ø
Evaluasi rasa sakit secara regular, catat
karakteristik, lokasi dan intensitas ( 1- 10 ).
Rasional: Sediakan informasi mengenai kebutuhan/
efektivitas intervensi.
Ø
Catat munculnya rasa cemas dan hubungkan dengan
lingkungan dan persiapan untuk prosedur.
Rasional: perhatikan hal- hal yang tidak diketahui atau
persiapan inadekuat dapat memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit.
Ø
Kaji tanda- tanda vital, perhatikan takikardi,
hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya
rasa sakit.
Rasional: Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan
ketidaknyamanan.
Ø
Dorong penggunaan teknik relaksasi, misalnya
latihan napas dalam, bimbingan imajinasi, visualisasi.
Rasional; Lepaskan tegangan emosional dan otot,
tingkatkan perasaan control yang mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping.
- Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan mastoidektomi, pemasangan graft, dan trauma bedah terhadap jaringan dan struktur disekitarnya.
Tujuan:
Intervensi:
Ø
Tetap pada fasilitas control infeksi,
sterilisasi dan prosedur/ kebijakan aseptic.
Rasional ; Tetapkan mekanisme yang dirancang untuk mencegah infeksi.
Ø
Ulangi studi laboratorium untuk kemungkinan
infeksi sistemik.
Rasional: Peningkatan SDP akan mengindikasikan adanya infeksi.
Ø
Uji bahwa kulit praoperatif telah dibersihkan
sesiaikebutuhan.
Rasional: Pembersihan akan mengurangi jumlah bakteri pada kulit.
Ø
Identifikasi gangguan pada teknik aseptic dan
atasi dengan segera pada waktu terjadi.
Rasional: Kontaminasi dengan lingkungan akan menyebabkan daerah yang
steril menjadi tidak steril sehingga dapat meningkatkan risiko infeksi.
Ø
Berikan antibiotic sesuai petunjuk.
Rasional: Dapat diberikan secara profilaksis bila dicurigai terjadinya
infeksi atau kontaminasi.
3. Perubahan persepsi sensori auditoris
berhubungan dengan kelainan telinga/ pembedahan pembedahan telinga.
Tujuan:
Diharapkan
pasien akan mengalami peningkatan persepsi/sensori pendengaran sampai pada
tingkat fungsional.
Intervensi:
Ø
Orientasikan kembali pasien secara terus-
menerus setelah keluar dari pengaruh anastesi, menyatakan bahwa operasi telah
selesai dilakukan.
Rasional: Karena pasien telah meningkat kesadarannya,
maka dukungan dan jaminan akan membantu menghilangkan ansietas.
Ø
Pertahankan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional: Stimuluseksternal seperti suara bising, cahaya,
sentuhan, mungkin menyebabkan abrasi psikis ketika terjadi disosiasi obat-
obatan anastesi yang telah diberikan.
Ø
Kaji kembali pengembalian kemampuan sensorik dan
proses berfikir untuk persiapan pulang sesuai indikasi.
Rasional: Pasien yang telah melakukan pembedahan harus
dapat merawat dirinya sendiri dengan bantuan orang yang terdekat.
- Kurang pengetahuan mengenai penyakit mastoid, prosedur bedah, dan asuhan pasca operatif dan harapan.
Tujuan: Pasien dapat mengutarakan pemahaman mengenai
penyakit/ proses praoperasi dan harapan pasca operasi.
Intervensi:
Ø
Kaji tingkat pemahaman pasien.
Rasional: Berikan fasilitas perencanaan program
pengajaran pasca operasi.
Ø
Tinjau ulang patologi khusus dan antisipasi
prosedur pembedahan.
Rasional: Sediakan pengetahuan berdasarkan hal dimana
pasien dapat membuat pilihan terapi berdasarkan informasi dan setuju untuk
mengikuti prosedur.
- Cemas berhubungan dengan ketakutan akan tuli, perubahan status kesehatan.
Tujuan:
cemas berkuranng.
Intervensi:
Ø
Kaji kecemasan klien
Rasional: Mengetahui kecemasan klien dan membantu intervensi selanjutnya.
Ø
Kaji tanda-tanda vital pasien
Rasional: Mengidentifikasi adanya kecemasan /emosi jika ada peningkatan
tanda-tanda vital tersebut.
Ø
Jelaskan perubahan status kesehatan yang dialami
pasien.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan klien.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner &
Suddart. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Doengos, E
Marlin. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Sepenuhnya bisa didownload disini
0 Komentar untuk "Asuhan Keperawatan Dengan Mastoiditis"