ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS
A. DEFINISI
Adalah suatu keadaan pengurangan jaringan
tulang per unit volume, sehingga tidak mampu melindungi atau mencegah
terjadinya fraktur terhadap trauma minimal. Secara histopatologis osteoporosis
ditandai oleh berkurangnya ketebalan korteks disertai dengan berkurangnya
jumlah maupun ukuran trabekula tulang.
Penurunan Massa tulang ini sebagai akibat
dari berkurangnya pembentukan, meningkatnya perusakan (destruksi) atau
kombinasi dari keduanya (Hadi-Martono, 1996).
Menurut pembagiannya dapat dibedakan atas
: (Peck, 1989 ; Chestnut, 1989) :
*) Osteoporosis Primer yang terjadi bukan
sebagai akibat penyakit yang lain, yang dibedakan lagi atas :
-
Osteoporosis tipe I (pasca
menopause), yang kehilangan tulang terutama dibagian trabekula
-
Osteoporosis
tipe II (senilis), terutama kehilangan Massa tulang daerah korteks
-
Osteoporosis
idiopatik yang terjadi pada usia muda denganpenyebab yang tidak diketahui
*) Osteoporosis sekunder, yang terjadi pada
/akibat penyakit lain, antara lain hiperparatiroid, gagal ginjal kronis,
arthritis rematoid dan lain-lain.
B. ETIOLOGI
1.
Determinan Massa Tulang
Massa tulang maksimal pada usia dewasa ditentukan oleh berbagai factor
antara lain :
·
Faktor genetic
Perbedaan
genetic mempunyai pengaruh terhadap kepadatan tulang
·
Faktor mekanik
Beban mekanik berpengaruh terhadap massa
tulang, bertambahnya beban akan menambah massa
tulang dan berkurangnya massa
tulang. Ada hubungan langsung
dan nyata antara massa otot dan massa tulang. Kedua hal tersebut menunjukkan
respon terhadap kerja mekanik. Beban mekanik yang berat akan mengakibatkan
massa otot besar dan juga massa tulang yang besar
·
Faktor makanan dan hormon
Pada seseorang dengan pertumbuhan hormon dengan nutrisi yang
cukup (protein dan mineral), pertumbuhan tulang akan mencapai maksimal sesuai
dengan pengaruh genetic yang bersangkutan
2.
Determinan pengurangan Massa
Tulang
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penurunan massa
tulang pada usia lanjut yang dapat mengakibatkan fraktur osteoporosis pada
dasarnya sama seperti pada factor-faktor yang mempengaruhi massa tulang.
·
Faktor genetic
Factor genetic berpengaruh terhadap resiko
terjadinya fraktur. Pada seseorang dengan tulang yang kecil akan lebih mudah
mendapat resiko fraktur dari seseorang denfan tulang yang besar.
·
Factor mekanis
Pada umumnya aktifitas fisik akan menurun
dengan bertambahnya usia dan karena massa tulang
merupakan fungsi beban mekanik, massa
tulang tersebut pasti akan menurun dengan bertambahnya usia.
·
Faktor lain
-
Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi yang penting, dengan masukan kalsium yang
rendah dan absorbsinya tidak baik akan mengakibatkan keseimbangan kalsium yang
negatif begitu sebaliknya.
-
Protein
Parotein yang berlebihan akan mengakibatkan kecenderungan
keseimbangan kalsium yang negatif
-
Estrogen
Berkurangnya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan
terjadinya gangguan keseimbangan kalsium, karena menurunnya efisiensi absorbsi
kalsium dari makanan dan juga menurunnya konservasi kalsium diginjal.
-
Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi dalam jumlah banyak cenderung akan
mengakibatkan penurunan massa
tulang, lebih-lebih bila disertai masukan kalsium yang rendah. Mekanisme
pengaruh rokok terhadap penurunan massa
tulang tidak diketahui, akan tetapi kafein dapat memperbanyak ekskresi kalsium
melalui urin maupun tinja.
-
Alkohol
Individu dengan alkoholisme mempunyai kecenderungan masukan kalsium
yang rendah, disertai dengan ekskresi lewat urin yang meningkat. Mekanisme yang
pasti belum diketahui.
C.
PATOFISIOLOGI
Remodeling tulang normal
pada orang dewasa akan meningkatkan massa
tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Genetik, nutrisi, gaya
hidpu (merokok, minum kopi), dan aktifitas fisik mempengaruhi puncak massa tulang. Kehilangan
karena usia mulai segera setelah tercapai puncaknya massa tulang. Menghilangnya estrogen pada
saat menopause mengakibatkan percepatan resorbsi tulang dan berlangsung terus
selama tahun-tahun pasca menopause.
Faktor nutrisi mempengaruhi
pertumbuhan osteoporosis. Vitamin D penting untuk absorbsi kalsium dan untuk
mineralisasi tulang normal. Diet mengandung kalsium dan vitamin D harus
mencukupi untuk mempertahankan remodelling tulang dan fungsi tubuh. Asupan
kalsium dan vitamin D yang tidak mencukupi selama bertahun-tahun mengakibatkan
pengurangan massa
tulang dan pertumbuhan osteoporosis.
D.
TANDA DAN GEJALA
·
Nyeri
dengan atau tanpa adanya fraktur yang nyata
·
Nyeri timbul secara mendadadak
·
Nyeri dirasakan ringan pada
pagi hari (bangun tidur)
·
Nyeri akan bertambah karena
melakukan aktifitas atau pekerjaan sehari-hari atau karena pergerakan yang salah
·
Rasa
sakit karena oleh adanya fraktur pada anggota gerak
·
Rasa
sakit karena adanya kompresi fraktur paa vertebra
·
Rasa sakit hebat yang
terlokalisasi pada daerah vertebra
·
Rasa sakit akan berkurang
apabila pasien istirahat di tempat tidur
E.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Osteoporosis teridentifikasi pada pemeriksaan sinar-x rutin bila sudah
terjadi demineralisasi 25% sampai 40%. Tampak radiolusesnsi tulang. Ketika
vertebra kolaps, vertebra torakalis menjadi berbentuk baji dan vertebra
lumbalis menjadi bikonkaf.
Pemeriksaan laboratorium (missal kalsium serum, fosfat, serum, fosfatase
alkalu, ekskresi kalsium urine, ekskresi hidroksi prolin urine, hematokrit,
laju endap darah), dan sinar-x dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan
diagnosis medis lain (missal ; osteomalasia, hiperparatiroidisme, dlll) yang
juga menyumbang terjadinya kehilangan tulang.
Absorbsiometri foton-tunggal dapat digunakan untuk memantau massa tulang
pada tulang kortikal pada sendi pergelangan tangan. Absorpsiometri dual-foton,
dual energy x-ray absorpsiometry (DEXA) , dan CT mampu memberikan informasi
menganai massa tulang pada tulang belakang dan panggul. Sangat berguna untuk
mengidentifikasi tulang osteoporosis dan mengkaji respon terhadap terapi.
F.
PENATALAKSANAAN
Diet kaya kalsium dan
vitamin D yang mencukupi dan seimbang sepanjang hidup, dengan peningkatan
asupan kalsium paa permulaan umur pertengahan, dapat melindungi terhadap
demineralisasi skeletal.
Pada menopause, terapi
penggantian hormon dengan estrogen dan progesterone dapat diresepkan untuk
memperlambat kehilangan tulang dan mencegah terjadinya patah tulang yang
diakibatkannya.
Obat-obat yang lain yang
dapat diresepkan untuk menanngani osteoporosis termasuk kalsitonin, natrium florida, dan natrium
etidronat. Kalsitonin secara
primer menekan kehilangan tulang dan diberikan secara injeksi subkutan atau
intramuskular. Efek samping (missal : gangguan gastrointestinal, aliran panas,
frekuensi urin), biasanya ringan dan hanya kadang-kadang dialami. Natrium florida
memperbaiki aktifitas osteoblastik dan pembentukan tulang.
G.
PENGKAJIAN
Promosi kesehatan,
identifikasi individu dengan resiko mengalami osteoporosis, dan penemuan
masalah yang berhubungan dengan osteoporosis membentuk dasar bagi pengkajian
keperawatan. Wawancara meliputu pertanyaan mengenai terjadinya osteoporosis
dalam keluarga, fraktur sebelumnya, konsumsi kalsium diet harian, pola latihan,
awitan menopause, dan penggunaan kortikosteroid selain asupan alcohol, rokok
dan kafein. Setiap gejala yang dialami pasien, seperti nyeri pingggang,
konstipasi atau gangguan citra diri, harus digali.
Pemeriksaan fisik kadang
menemukan adanya patah tulang, kifosis vertebra torakalis atau pemendekan
tinggi badan. Masalah mobilitas dan pernafasan
dapat terjadi akibat perubahan postur dan kelemahan otot. Konstipasi
dapat terjadi akibat inaktifitas.
H.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
YANG DAPAT MUNCUL
·
Kurang pengetahuan mengenai
proses osteoporosis dan program terapi
·
Nyeri
b.d spasme otot, fraktur
·
Konstipasi
b.d imobilitas atau terjadi ileus
·
Resiko terhadap cidera : farktur
b.d osteoporosis
I.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Memahami Osteoporosis dan Program
Tindakan. Pengajaran kepada kelayan dipusatkan pada
factor yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis, intervensi untuk menghentikan
atau memperlambat proses, dan upaya mengurangi gejala. Diet atau suplemen
kalsium yang memadai, latihan pembebaban berat badan teratur, dan memodifikasi gaya hidup, bila perlu.
Latihan dan aktifitas fisik merupakan kunci utama untuk menumbuhkan tulang
dengan kepadatan tinggi yang tahan terhadap terjadinya osteoporosis. Ditekankan
pada lansia harus tetap membutuhkan kalsium, vitamin D, sinar matahari, dan
latihan yang memadai untuk meminimalkan efek osteoporosis
Meredakan Nyeri. Peradaan nyeri pinggang dapat dilakukan dengan istirahat di tempat
tidur dengan posisi telentang atau miring kesamping selama beberapa hari.
Fleksi lutut dapat meningkatkan rasa nyaman dengan merelaksasi otot. Kompres
panas intermiten dan pijatan punggung memperbaiki relaksasi otot.
Memperbaiki pengosongan usus. Konstipasi merupakan masalah yang berkaitan dengan imobilitas,
pengobatan dan lansia. Pemberian awal diit tinggi serat, tambahan cairan, dan
penggunaan pelunak tinja sesuai ketentuan dapat membantu meminimalkan
konstipasi.
Mencegah cidera. Aktifitas fisik sangat penting untuk memperkuat otot, mencegah
atrofi dan memperlambat demineralisasi tulang progresif. Latihan isometric
dapat digunakan untuk memperkuat otot batang tubuh.
J. EVALUASI
1.
Mendapatkan pengetahuan
mengenai osteoporosis dan program penanganannya.
a. Menyebutkan hubungan asupan kalsium dan
latihan terhadap massa tulang
b. Mengkonsumsi kalsium diet dengan jumlah
yang mencukupi
c.
Meningkatkan tingkat latihan
d.
Menggunakan terapi hormon yang
direspkan
2.
Mendapatkan peredaan nyeri
a.
Mengalami redanya nyeri saat
beristirahat
b. Mengalami ketidaknyamanan minimal selama
aktifitas kehidupan sehari-hari
c. Menunjukkan berkurangnya nyeri tekan pada
tempat fraktur
3.
Menunjukkan pengosongan usus
yang normal
a.
Bising usus aktif
b.
Gerakan usus teratur
4.
Tidak mengalami fraktur baru
a.
Mempertahankan postur yang
bagus
b.
Mempergunakan mekanika tubuh
yang baik
c.
Mengkonsumsi diet seimbang
tinggi kalsium dan vitamin D
d.
Rajin menjalankan latihan
pembebanan berat badan (jalan-jalan setiap hari)
e.
Istirahat dengan berbaring
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, Rencana
Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
pasien, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000
Brunner & Suddarth. Buku
Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 3, Jakarta, EGC,
2002
R. Boedhi Darmojo, Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), Jakarta, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
0 Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOPOROSIS"