LAPORAN PENDAHULUHAN
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MOBIRLI
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MOBIRLI
A. PENGERTIAN
Morbili dalah penyakit virus akut yang ditandai oleh tiga stadium yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi (Suriadi, Rita Yuliani,
2001: 211)
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
tiga stadium yaitu a. stadium kataral, b. stadium erupsi dan c. stadium
konvalensi (Staf Pengajar IKA FKUI,2000:624)
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat disebabkan oleh
sebuah virus yang bernama Virus Campak. (http://www.infeksi.com)
B. ETIOLOGI
Penyebabnya ialah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah selama masa prodermal sampai 24 jam setelah timbulnya bercak-bercak.
Cara penularannya dengan droplet dan kontak (Staf Pengajar FKUI, 2000: 624)
Menurut Asti Proborini (2005), penyebab penyakit campak adalah virus
campak atau morbili.
C. PATOFISIOLOGI
Sebagai reaksi terhadap virus akan timbul respon peradangan yaitu akan
terjadi eksudat yang serosa dan proliferasi sel makronukleus dan beberapa sel
polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput
lendir nasofaring, bronkus, saluran cerna dan pada konjungtiva. Di kulit reaksi
terutama menonjol sekitar kelenjar sebasea dan folikel rambut.
Bercak koplik terdiri dari, eksudat serosa dan proliferasi sel endotel
serupa dengan bercak pada lesi kulit. Reaksi radang menyeluruh pada mukosa
bukal dan faring meluas ke dalam jaringan limfoid dan membran mukosa
trakeobronkhial. Biasanya ada hyperplasia jaringan limfoid, terutama pada apendik, dimana sel mukosa multinukleus
berdiameter sampai 100 mikrometer (sel raksasa retikuloendotelial) dapat
ditemukan (Nelson, 1999: 1069).
D. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas 10-20 hari.
Penyakit ini dibagi dalam 3 stadium yaitu:
1.
Stadium Kataral (prodermal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari disertai panas,
malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium
kataral timbul enantema, timbul bercak koplik berwarna putih kelabu.
2.
Stadium Erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadi eritema yang makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Diantara
makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul di belakang
telinga, di bagian tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang bawah.
Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak.
Terjadi pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan di daerah
leher belakang. Tidak jarang disertai mual dan muntah.
3.
Stadium konvalensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua yang
lama-kelamaan akan hilang sendiri. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali
bila ada komplikasi.
(Staf Pengajar IKA FKUI, 2000:625)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nelson (1999) untuk diagnosis, dibuat dari gambaran klinis yang
khas sedangkan konfirmasi laboratorium jarang diperlukan. Namun pada stadium
prodormal, dapat ditemukan sel raksasa multinuklear diambil dari pulasan mukosa
hidung. Angka sel darah putih cenderung rendah dengan limfositosis relative
F. PENATALAKSANAAN
Dari medik dengan pengobatan simptomatik, yaitu diberi antipiretik bila
suhu tinggi sedative, obat batuk dan memperbaiki keadaan umum. Pemberian
antibiotik jika timbul komplikasi atau infeksi sekunder (otitis media,
ensefalitis, bronchopneumonia), dan pemberian vitamin A.
Selain itu pasien perlu istirahat di tempat tidur selama suhu tubuh
meningkat, intake cairan dan kalori yang adekuat, humidifikasi ruangan
(mempertahankan ruangan hangat). Lindungi dari terpajan pada cahaya kuat selama
fotofobia, memperhatikan kebersihan mulut, kulit, dan mata.
G. KONSEP HOSPITALISASI ANAK MASA PRASEKOLAH
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dari
lingkungan yang dirasakannya aman, penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu
lingkungan rumah, permainan, dan teman sepermainan. Reaksi terhadap perpisahan
yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak makan, sering
bertanya, menangis walau secara perlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas
kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol
terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit mengharuskan adanya pembatasan
aktivitas anak sehingga anak merasa kehilangan kekuatan diri. Perawatan dirumah
sakit sering kali dipresepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak
akan merasa malu, bersalah atau takut. Ketakutan muncul karena anak menganggap
tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya. Oleh karena itu, hal
ini menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal
dengan mengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan
ketergantungan pada orang tua. (Yupi Supartini, 2004: 190-191)
H. KONSEP TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRASEKOLAH (3 SAMPAI 5
TAHUN)
Pada usia prasekolah, perkembangan fisik lebih lambat dan relative
menetap. Sistem tubuh harusnya sudah matang dan sudah terlatih toileting.
Keterampilan motorik seperti berjalan, berlari, melompat, menjadi semakin
luwes, tetapi otot dan tulang belum begitu sempurna (Yupi Supartini, 2004:57)
Menurut skala Yaumil-Mimi dalam Soetjiningsih (1995)
perkembangan anak 3 sampai 4 tahun adalah:
-
Berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga
-
Berjalan pada jari kaki
-
Belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri
-
Menggambar garis silang
-
Menggambar orang hanya kepala dan badan
-
Mengenal 2 atau 3 warna
-
Bicara dengan baik
-
Menyebut namanya, jenis kelaminnya, dan umurnya
-
Banyak bertanya
-
Bertanya bagaimana anak dilahirkan
-
Mengenal sisi atas, sisi bawah, sisi muka dan sisi
belakang
-
Mendengarkan cerita-cerita
-
Bermain dengan anak lain
-
Menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya
-
Dapat melaksanakan tugas-tugas sederhana
A. FOKUS PENGKAJIAN
1.
Riwayat keperawatan yaitu adanya kontak dengan orang
yang terinfeksi sebelumnya, riwayat imunisasi
2.
Kaji tanda-tanda demam, koriza, batuk, konjungtivitis,
bercak koplik, eritema pada bagian belakang telinga, leher, dan bagian belakang,
tidak nafsu makan, lemah, lesu.
(Suriadi, Rita Yuliani 2001:213)
3.
Pemeriksaan fisik ditemukan adanya bercak koplik pada
mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah, jarang ditemukan di bibir bawah
tengah atau palatum. Timbul enantema atau titik merah di palatum durum dan
palatum mole. Rasa gatal dan muka bengkak.
4.
Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di sudut
mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula splenomegali, tidak
jarang disertai diare dan muntah.
5.
Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
(Staf Pengajar IKA FKUI, 2000:625)
B. FOKUS INTERVENSI
1.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan kerusakan
kontrol suhu sekunder akibat infeksi ( Carpenito,2000)
Tujuan : suhu
tubuh turun hingga batas normal
Kriteria hasil : suhu
antara 360-370C, jika diraba kulit tidak panas, pasien
tidak merasakan pusing, malaise, kulit tidak tampak kemerahan
Intervensi : Kaji saat
timbulnya demam, observasi tanda-tanda vital, jelaskan pada pasien atau keluarga
tentang pentingnya masukan cairan yang adekuat (sedikitnya 1,5 liter sampai 2,5
liter kecuali jika terdapat kontra indikasi penyakit jantung atau ginjal),
pantau masukan dan keluaran, berikan obat antipiretik dan antibiotik sesuai
dengan advis dokter.
2.
Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
anoreksia, muntah, diare, ketidaknyamanan mulut sekunder akibat infeksi virus
(Carpenito, 2000)
Tujuan :
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria hasil : berat
badan meningkat sesuai umur, meningkatnya pemasukan makanan peroral, pasien
atau keluarga memahami pentingnya kebutuhan nutrisi
Intervensi : tentukan
kebutuhan kalori harian yang relistis dan adekuat, timbang berat badan setiap
hari, pantau hasil pemeriksaan laborat, jelaskan pentingnya nutrisi yang
adekuat, berikan diit tinggi kalori dan protein,berikan maknan dalam porsi
sedikit tapi sering, berikan makanan dalam keadaan hangat dan menarik,
pertahankan kebersihan dan kenyamanan mulut yang baik
3.
Tidak efetifnya bersihan jalan nafas berhubungan
dengan adanya batuk (Suriadi, Rita Yuliani, 2001)
Tujuan :
mempertahankan pola nafas yang efektif
Kriteria hasil :
menunjukkan tanda-tanda pernapasan efektif
Intervensi : kaji
ulang status pernafasan (irama, kedalaman, suara nafas, penggunaan otot bantu
pernafasan, bernafas melalui mulut), kaji ulang tanda-tanda vital (denyut nadi,
irama dan frekuensi), berikan posisi tidur semi fowler/fowler, bantu klien
untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan kemampuannya, anjurkan anak
untuk banyak minum, berikan oksigen sesuai indikasi, berikan obat-obatan yang
dapat meningkatkan efektifitasnya jalan nafas (seperti bronkodilator, anti
kolinergik, dan anti peradangan)
4.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan adanya
rash (Suriadi, Rita Yuliani,2001)
Tujuan :
Mempertahankan integritas kulit
Intervensi :
pertahankan kuku anak tetap pendek, jelaskan kepada anak untuk tidak menggaruk
rash, berikan obat antipruritus topikal, berikan antihistamin sesuai order dan
memonitor efek sampingnya, memandikan klien menggunakan sabun yang lembut untuk
mencegah infeksi, jika terdapat fotofobia, gunakan bola lampu yang tidak
terlalu terang dikamar klien, bersihkan bulu mata dengan air hangat (untuk
mengangkat sekret atau krusta, menjelaskan kepada anak untuk tidak
mengusap-usap mata.
5.
Gangguan aktivitas berhubungan dengan isolasi dari
kelompok sebaya (Suriadi, Rita Yuliani,2001)
Tujuan :
mempertahankan kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan
Kriteria hasil : anak
dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan selama
menjalani isolasi dari teman sebaya atau anggota keluarga.
Intervensi : berikan
aktivitas ringan yang sesuai dengan usia anak (permainan, keterampilan tangan,
nonton televisi), berikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang
bervariasi bagi anak, libatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih
aktivitas yang diinginkan, ijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama
di rumah sakit menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telepon
jika memungkinkan.
6.
Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan organisme
virulen. (Suriadi, Rita Yuliani,2001)
Tujuan : mencegah
perluasan infeksi
Intervensi : tempatkan
anak pada ruang khusus, pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit, gunakan
prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan anak, mempertahankan
istirahat selama periode prodormal, berikan antibiotik sesuai advis.
Pathways (
terlampir )
Sepenuhnya
bisa didownload disini
0 Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MOBIRLI"