Laporan
Pendahuluhan
Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Abortus Insipien
AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Abortus Insipien. Berikut ini artikel x-asuhankeperawatan.blogspot.com yang berjudul AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Abortus Insipien
A. Landasan Teori
1. Pengertian Abortus
Abortus atau keguguran
adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat bertahan hidup, yaitu sebelum
kehamilan berusia 20 minggu atau berat janin belum mencapai 500 gram. Abortus
biasanya ditandai dengan terjadinya perdarahan pada wanita yang sedang hamil.
Dengan adanya peralatan USG, sekarang dapat diketahui bahwa abortus dapat
dibedakan menjadi 2 jenis. Yang pertama adalah abortus karena kegagalan
perkembangan janin dimana gambaran USG menunjukkan kantong kehamilan yang
kosong, sedangkan jenis yang kedua adalah abortus karena kematian janin, di
mana janin tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti denyut jantung atau
pergerakan yang sesuai dengan usia kehamilan.
2. Etiologi
Delapan puluh persen kejadian abortus terjadi pada usia kehamilan sebelum 12
minggu. Risiko terjadinya abortus meningkat dengan meningkatnya jumlah
kehamilan, umur ibu dan umur ayah. Risiko ini juga meningkat jika seorang
ibu langsung hamil kembali 3 bulan setelah melahirkan. Penyebab
abortus dapat dibagi menjadi 3 faktor yaitu
a.
Faktor janin
Faktor janin penyebab keguguran adalah kelainan
genetik, dan ini terjadi pada 50%-60% kasus
keguguran.
b.
Faktor ibu
1.
kelainan endokrin (hormonal) misalnya kekurangan tiroid, kencing manis.
2.
faktor kekebalan (imunologi), misalnya pada penyakit lupus, Anti phospholipid
syndrome
3.
infeksi, diduga akibat beberapa virus seperti cacar air, campak jerman,
toksoplasma , herpes, klamidia.
4.
kelemahan otot leher rahim
5.
Kelainan bentuk rahim.
c.
Faktor Bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga
dapat menyebabkan abortus
3. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan
desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan
hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus
berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi
korialis belum menembus desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat
dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah
lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih
dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong
kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum),janin
lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.
4. Manifestasi Klinis
·
Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
·
Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat
·
Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi
·
Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus
5. Komplikasi
·
Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
· Pada
missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3
minggu setelah abortus
b. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup
c. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada
missed abortion
7. Diagnosa Banding
Kehamilan etopik terganggu,
mola hidatidosa, kehamilan dengan kelainan serviks. Abortion
imiteins perlu dibedakan dengan perdarahan implantasi yang biasanya sedikit,
berwarna merah, cepat terhenti, dan tidak disertai mules-mules.
8. Jenis – Jenis Abortus
Jenis abortus berdasarkan gejalanya dapat dibagi menjadi 5, yaitu:
1.
Abortus Mengancam
2.
Abortus insipien
3.
Abortus inkomplit
4.
Abortus komplit
5.
Missed abortion (abortus tertahan)
B. Abortus Insipiens
1. Pengertian
Abortus Insipiens adalah
peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya
dilatasi serviks uteri yang meningkat tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus.
Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kual perdarahan bertambah.
Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan
cunam ovum, disusul dengan kerokan.
Perdarahan saat awal
kehamilan di mana walaupun belum ada jaringan yang keluar namun mulut rahim
sudah terbuka. Pada keadaan seperti ini, kehamilan ini tidak dapat
dipertahankan. Jaringan di dalam rahim harus dibersihkan, baik dengan pemberian
obat ataupun dengan cara kuret. Perdarahan tersebut ringan hingga sedang pada
kehamilan muda dimana hasil konsepsi masih berada dalam kavum uteri kondisi ini
menunjukkan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi
abortus inkomplit atau komplit selain itu Abortus Insipien. Ialah
buah kehamilan yang mati di dalam kandungan-lepas dari tempatnya- tetapi belum
dikeluarkan. Hampir serupa dengan itu, ada yang dikenal missed Abortion, yakni
buah kehamilan mati di dalam kandungan tetapi belum ada tanda-tanda dikeluarkan.
2. Penanganan
Penanganan Abortus Insipiens meliputi :
1. Jika usia kehamilan
kurang 16 minggu, lakukan evaluasi uterus dengan aspirasi vakum manual. Jika
evaluasi tidak dapat, segera lakukan:
2. Berikan ergomefiin
0,2 mg intramuskuler (dapat diulang setelah 15 menit bila perlu) atau
misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam bila perlu).
3. Segera lakukan
persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
4. Jika
usia kehamilan lebih 16 minggu :
5. Tunggu
ekspulsi spontan hasil konsepsi lalu evaluasi sisa-sisa hasil konsepsi.
6. Jika
perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan intravena (garam
fisiologik atau larutan ringer laktat dengan kecepatan 40 tetes permenit untuk
membantu ekspulsi hasil konsepsi.
7. Pastikan untuk
tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk
mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan
kebutuhan perawatan bagi klien.
Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang
meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat
Keluhan utama : Kaji adanya
menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
Riwayat kesehatan , yang terdiri atas :
Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai
saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan
pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia
kehamilan.
Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat pembedahan : Kaji adanya
pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh
siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit
yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung , hipertensi , masalah
ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit lainnya.
Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui
genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit
turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang
mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan
adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan
yang menyertainya
Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana
keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana
keadaan kesehatan anaknya.
Riwayat seksual : Kaji mengenai
aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang
menyertainya.
Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian
obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
Pola aktivitas
sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan
elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan,
baik sebelum dan saat sakit.
Pemeriksaan fisik, meliputi :
1. Inspeksi
adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada
penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.
Hal yang diinspeksi antara lain :
mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan
warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan
kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas,
adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya
2.
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar
tubuh dengan jari.
Sentuhan :
merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur
kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
Tekanan :
menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau
mencubit kulit untuk mengamati turgor.
Pemeriksaan dalam :
menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal
3. Perkusi
adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh
tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada
dibawahnya.
Menggunakan jari :
ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan ,
massa atau konsolidasi.
Menggunakan palu perkusi :
ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa
refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak
4. Auskultasi
adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan
menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar :
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.
(Johnson & Taylor, 2005 : 39)
Pemeriksaan laboratorium :
Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang :
rontgen, USG, biopsi, pap smear.
Keluarga berencana : Kaji mengenai
pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan
kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.
Data lain-lain :
Kaji mengenai perawatan dan pengobatan yang
telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososial.
Kaji orang terdekat dengan klien, bagaimana
pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan
mekanisme koping yang digunakan.
Status sosio-ekonomi : Kaji masalah finansial
klien
Data spiritual : Kaji tentang keyakinan klien
terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.
2. Diagnosa Keperawatan
·
Devisit Volume Cairan s.d perdarahan
· Gangguan
Aktivitas s.d kelemahan, penurunan sirkulasi
·
Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kerusakan jaringan intrauteri
·
Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, kondisi vulva lembab
·
Cemas s.d kurang pengetahuan
3. Intervensi Keperwatan
a. Devisit Volume Cairan b.d
Perdarahan
Tujuan :
Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan
output baik jumlah maupun kualitas.
Intervensi :
Intervensi :
1. Kaji kondisi status
hemodinamika
Rasional : Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat abortus memiliki
karekteristik bervariasi
2. Ukur pengeluaran
harian
Rasional : Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah
dengan jumlah cairan yang hilang pervaginal
3. Berikan sejumlah
cairan pengganti harian
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
Rasional : Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan massif
4. Evaluasi status
hemodinamika
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
Rasional : Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik
b. Gangguan
Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi
Tujuan :
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi
Intervensi :
1.
Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
Rasional : Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk menccegah kondisi klien lebih buruk
2.
Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi uterus/kandungan
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
Rasional : Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi
3.
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
Rasional : Mengistiratkan klilen secara optimal
4.
Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan/kondisi klien
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
Rasional : Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan
5.
Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas
Rsional : Menilai kondisi umum klien
Rsional : Menilai kondisi umum klien
c. Gangguan rasa
nyaman : Nyeri b.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan :
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
Intervensi :
1.
Kaji kondisi nyeri yang dialami klien
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
Rasional : Pengukuran nilai ambang nyeri dapat dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2.
Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
Rasional : Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3.
Kolaborasi pemberian analgetika
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
Rasional : Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun sistemik dalam spectrum luas/spesifik
d. Resiko tinggi
Infeksi b.d perdarahan, kondisi vulva lembab
Tujuan :
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
Intervensi :
1.
Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau
Rasional :
Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya
warna yang lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi
2. Terangkan pada klien
pentingnya perawatan vulva selama masa perdarahan
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
Rasional : Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan genital yang lebih luar
3. Lakukan pemeriksaan
biakan pada dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
Rasional : Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart
4. Lakukan perawatan
vulva
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
Rasional : Inkubasi kuman pada area genital yang relatif cepat dapat menyebabkan infeksi.
5. Terangkan pada klien
cara mengidentifikasi tanda inveksi
Rasional : Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik
infeksi; demam dan peningkatan rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi
6. Anjurkan pada suami
untuk tidak melakukan hubungan senggama se;ama masa perdarahan
Rasional : Pengertian pada keluarga sangat penting artinya untuk kebaikan
ibu; senggama dalam kondisi perdarahan dapat memperburuk kondisi system
reproduksi ibu dan sekaligus meningkatkan resiko infeksi pada pasangan.
e. Cemas b.d kurang
pengetahuan
Tujuan :
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit meningkat
Intervensi :
1.
Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
2.
Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan penialaian objektif klien tentang penyakit
3.
Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan kesadaran diri klien
4.
Asistensi klien menentukan tujuan perawatan bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
5.
Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi klien untuk meningkatkan pengetahuan dan membangun support system keluarga; untuk mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
4. Evaluasi
·
Tidak terjadi deficit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik
jumlah maupun kualitas.
·
Klien dapat melakukan aktifitas tanpa adanya komplikasi
·
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami
·
Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan
·
Tidak terjadinya kecemasan klien dan keluarga dan dapat meningkatkan
pengetahuan tentang penyakit yang ada.
Contoh kasus Klien dengan Abortus Insipiens :
Ny. A
berusia 25 tahun masuk kerumah sakit dengan keluhan nyeri abdomen dan terjadi
perdarahan, diusia kehamilan 16 minggu. Dia mengatakan sering merasa mulas,
kram perut bagian bawah, dia juga mengatakan bahwa pernah mengalami abortus
sebelumnya. Ny. A mengatakan ia merasa cemas terhadap
penyakitnya tersebut karena ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya.
Dari pemeriksaan fisik pada abdomen tidak
terdapat nyeri tekan. Uterus dapat teraba pra abdomen.
A. Diagnosaa keperawatan
1. Deficit volume cairan
b/d perdarahan
2. Gangguan
aktifitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
3. Gangguan rasa nyaman
: nyeri b/d kerusakan jaringan intra auteri.
4. Resiko tinggi infeksi
b/d perdarahan, kondisi vulva lembab
5. Cemas
b/d kurangnya pengetahuan.
B. Intervensi keperawatan
1. Deficit volume cairan
b/d perdarahan
a. kaji kondisi status
hemodinamika
b. ukur pengeluaran
harian
c. Berikan
sejumlah cairan pengganti harian
d. Evaluasi status
hemodinamika
2. Gangguan
sktifitas b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
a.
kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktifitas
b.
kaji pengaruh aktifitass terhadap kondisi uterus
c.
Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari.
d. bantu
klien untuk melakukan tindakan sesuai kemampuan/kondisi klien.
e.
evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktifitas.
3. Gangguan rasa nyaman
: nyeri b/d kerusakan jaringan intra auteri
a. kaji kondisi nyeri
yang dialami klien
b. jelaskan nyeri yang
diderita klien dan penyebabnya
c. kolaorasi
pemberian analgetik
4. Resiko tinggi infeksi b/d perdarahan dengan kondisi vulva
lembab.
a. kaji kondisi keluar
atau dischart yang keluar : jumlah warna dan bau.
b. terangkan pada klien
pentingnya perawtan vulva selama masa perdarahan
c.
lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.
d. anjurkan
pada suami untuk tidak melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan.
5. Cemas b/d kurangnya pengetahuan
a. kaji tingkat pengetahuan atau persepsi
klien dan keluarga terhadap penyakit.
b. Bantu klien mengidentifikasi penyebab
kecemasan
c. terangkan hal-hal seputar aborsi
yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
C. Implementasi
1. Devisit Volume cairan
a. Mengkaji kondisi status hemodinamika
b. Mengukur pengeluaran harian
c. Memberikan sejumlah cairan
pengganti harian
d. Mengevaluasi status hemodinamika
2. Gangguan aktifitas
b/d kelemahan, penurunan sirkulasi
a. Mengkaji tingkat
kemampuan klien untuk beraktifitas
b. Mengkai pengaruh
aktifitas terhadap kondisi uterus / kandungan
c. Membantu
klien untuk memenuhi kebutuhan aktifitas sehari-hari
d. Membantu klien
untuk melakukan tindakan sesuai kemampuan/kondisi klien.
e. Mengevaluasi
perkembangan kemampuan klien melakukan aktifitas.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri b/d
kerusakan jaringan intra auteri
a. Mengkaji kondisi nyeri yang dialami
klien
b. menerangkan nyeri yang diderita klien
dan penyebabnya
c. mengkolaborasikan pemberian
analgetik
4. Resiko tinggi infeksi b/d perdarahan,
kondisi vulva lembab
a. mengkaji kondisi keluaran / dischart
yang keluar : jumlah, warna, dan bau
b. menerangkan kepadan klien pentingnya
perawatan vulva selama masa perdarahan
c. melakukan pemeriksaan biakan pada
dischart
d. Menganjurkan pada suami untuk tidak
melakukan hubungan senggama selama masa perdarahan.
5. Cemas b/d kurangnya pengetahuan
a. Mengkaji
tingkat pengetahuan atau persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit.
b. Membantu klien mengidentifikasi
penyebab kecemasan
c. Menerangkan hal-hal seputar
aborsi yang perlu diketahui oleh klien dan keluarga
DAFTAR
PUSTAKA
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa
Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta
Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi
6, EGC, Jakarta
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I.
Media Aesculapius. Jakarta
Cunningham FG, MacDonald PC,Gant NF. Abortion. In Williams
Obstetrics 20th Ed. Appleton Lange, 1997, p 579
Arias F. Early pregnancy loss. In Practical Guide to High Risk
Pregnancy and Delivery. St Louis, Mosby Year Book,1993, p57ng
Demikian artikel x-asuhankeperawatan.blogspot.com yang berjudul AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Abortus Insipien jika ada yang ingin mendownload artikel yang berjudul AsuhanKeperawatan Pada Klien Dengan Abortus Insipien . sepenuhnya bisa didownload disini
0 Komentar untuk "Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Abortus Insipien"