Laporan Pendahuluhan Asuhan Keperawatan Dengan Endometriosis
A. Pengertian
Endometriosis ialah lapisan selaput
yang sepatutnya melapisi dinding dalam rahim (uterus) ada di luar rongga
uterine atau pada otot rahim. Biasanya di atas permukaan organ dalam pelvik dan
abdomen, boleh dianggap tumor atau pertumbuhan baru (neoplasma) yang bertindak
setempat dan boleh merebak. Ia bukan barah, tetapi bisa merebak seperti barah,
biasanya didapati di atas atau bawah ovari, belakang uterus, atas selaput yang
memegang uterus, atas usus atau vesika urinaria. Dalam sesetengah kasus,
endometriosis bisa tumbuh di dalam paru-paru atau organ lain, tetapi kasus
seperti ini jarang berlaku.(Utamadi, Gunadi, 2004)
Endometriosis merupakan
masalah bagi wanita karena penderita terganggu dengan nyeri yang selalu muncul
tiap haid, selain menurunkan kemampuan mereka untuk hamil.
(Bramundito,dr,2005). Rasa sakit dapat timbul ketika jaringan yang secara normal
melapisi rahim (endometrium) tumbuh di bagian lain, keadaan ini disebut
endometriosis. –Kalbefarma-(Ferrero,dr,2005)
B. Etiologi
Endometriosis terjadi bila endometrium
tumbuh di luar rahim. Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di
ovarium, tuba falopii, jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara
vagina dan rectum, juga di kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu infeksi
menular seksual, sehingga tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja
pernah berhubungan seksual atau tidak.
Sampai saat ini para dokter belum
mengetahui alasan yang pasti mengapa endometrium sampai dapat tumbuh di
luar rahim. Sejauh ini hanya diketahui bahwa endometriosis banyak ditemui di
kalangan perempuan yang keluarganya menderita endometriosis juga. Ada beberapa
teori yang menjelaskan mengapa endometrial implant dapat sampai keluar
rahim.
Kista endometriosis biasanya
mengenai salah satu atau kedua ovarium (indung telur) kiri atau kanan. Sifatnya
memang ikut tumbuh sesuai dengan siklus menstruasi karena sel-sel endometriosis
ini sangat peka terhadap pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang
berfluktuasi setiap bulannya sesuai dengan siklus menstruasi tsb. Yang namanya
kista berarti suatu kantung yang didalamnya berisi cairan, sehingga bila kista
tersebut bertambah besar maka akan dapat mengganggu proses ovulasi (pematangan
sel telur).
C. Manifestasi Klinis
Tanda paling umum
adalah rasa sakit yang parah pada perut bagian bawah, bisa terasa sekali-kali
maupun terus-menerus, atau bisa juga terkait dengan masa menstruasi. Rasa sakit
ini seringkali tidak tertahankan sehingga menyebabkan penderitanya tidak bisa
melakukan kegiatan seperti biasa, sehingga dia harus bolos pelajaran olahraga,
atau bahkan bolos sekolah atau kuliah dan kegiatan lainnya. Rasa sakit ini
sering kali menjadi lebih parah selama berolahraga, selama berhubungan seks,
atau sesudah pemeriksaan panggul.
Gejala lainnya bisa berupa
menstruasi yang sangat berat, sakit punggung bagian bawah, sulit buang air
besar, diare, atau merasa sakit bahkan mengeluarkan darah ketika buang air
kecil. Endometrial implant ini juga bahkan dapat menekan organ tubuh
yang membawa kotoran keluar dari tubuh, seperti kandung kemih, usus, dan
rectum.(Utamadi, Gunadi, 2004)
Simptom
endometriosis termasuk:
-
Sakit ketika melakukan hubungan seks (dyspareunia).
-
Sakit ketika ovulasi.
-
Sakit pinggang.
-
Rasa sakit ketika hendak buang air besar, terutama
ketika haid.
-
Perdarahan sebelum dan antara waktu haid.
-
Tidak subur dan sukar hamil.
-
Gangguan kesehatan, terutama ketika
haid seperti cepat sakit kepala, dan cepat lelah. (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri
Ismail,2005)
Dr.
Simone Ferrero dan beberapa rekannya dari San Martino Hospital di University
of Genoa melakukan evaluasi terhadap fungsi seksual 299 wanita yang
menjalani operasi infertilitas atau nyeri perlvis. Tim peneliti tersebut
menemukan bahwa 170 wanita diantaranya menderita endometriosis, dan 129 wanita
tidak menderita penyakit tersebut. Wanita yang mengalami rasa nyeri yang
hebat selama berhubungan seksual, yang disebut dispareunia, lebih banyak
terdapat pada kelompok yang menderita endometriosis (61 persen) daripada mereka
yang tidak menderita endometriosis (35 persen). Hasil
penelitian ini dilaporkan dalam jurnal medis Fertility and Sterility.
Bahkan,” lebih dari 50 persen wanita yang menderita endometriosis mengalami
dispareunia berat selama kehidupan seks mereka selama ini,” ungkap para
peneliti. Menurut hasil penelitian tersebut, wanita dengan endometriosis yang
menginfiltrasi ligamen uterus lebih jarang berhubungan seksual dan jarang pula
mengalami orgasme yang memuaskan. Mereka juga sering mengalami gangguan selama
berhubungan seksual karena rasa nyeri yang dialami, kurang rileks dan kurang
puas setelah berhubungan seksual dibandingkan wanita lain. Menurut Dr. Ferrero,
penelitian ini merupakan yang pertama kali menggambarkan abnormalitas fungsi
seksual wanita yang menderita lesi endometriosis pada ligamen utero-sakral.
D. Pathofisiologi Endometriosis
berasal dari kata endometrium, yaitu jaringan yang melapisi dinding
rahim. Endometriosis terjadi bila endometrium tumbuh di luar rahim.
Lokasi tumbuhnya beragam di rongga perut, seperti di ovarium, tuba falopii,
jaringan yang menunjang uterus, daerah di antara vagina dan rectum, juga di
kandung kemih. Endometriosis bukanlah suatu infeksi menular seksual, sehingga
tidak ada hubungannya dengan apakah seorang remaja pernah berhubungan seksual
atau tidak. Untuk memahami
masalah endometriosis ini, kita perlu memahami siklus menstruasi. Dalam setiap
siklus menstruasi lapisan dinding rahim menebal dengan tumbuhnya pembuluh darah
dan jaringan, untuk mempersiapkan diri menerima sel telur yang akan dilepaskan
oleh indung telur yang terhubungkan dengan rahim oleh saluran yang disebut tuba
falopii atau saluran telur. Apabila, telur yang sudah matang tersebut tidak
dibuahi oleh sel sperma, maka lapisan dinding rahim tadi luruh pada akhir
siklus. Lepasnya lapisan dinding rahim inilah yang disebut dengan peristiwa
menstruasi. Keseluruhan proses ini diatur oleh hormon, dan biasanya memerlukan
waktu 28 sampai 30 hari sampai kembali lagi ke awal proses. Salah satu teori
mengatakan bahwa darah menstruasi masuk kembali ke tuba falopii dengan
membawa jaringan dari lapisan dinding rahim, sehingga jaringan tersebut menetap
dan tumbuh di luar rahim. Teori
lain mengatakan bahwa sel-sel jaringan endometrium keluar dari rahim
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening, kemudian mulai tumbuh di
lokasi baru. Namun, ada pula teori yang mengatakan bahwa beberapa perempuan
memang terlahir dengan sel-sel yang "salah letak", dan dapat tumbuh
menjadi endometrial implant kelak. Berbagai penelitian masih terus
dilakukan untuk memahami endometriosis ini dengan baik sehingga dapat
menentukan cara yang tepat untuk mengobatinya. Dalam kasus endometriosis,
walaupun jaringan endometrium tumbuh di luar rahim dan menjadi
"imigran gelap" di rongga perut seperti sudah disebutkan tadi,
struktur jaringan dan pembuluh darahnya juga sama dengan endometrium
yang berada di dalam rahim. Si imigran gelap (yang selanjutnya akan kita sebut endometrial
implant) ini juga akan merespons perubahan hormon dalam siklus menstruasi. Menjelang masa menstruasi,
jaringannya juga menebal seperti saudaranya yang berada di "tanah
air". Namun, bila endometrium dapat luruh dan melepaskan diri dari
rahim dan ke luar menjadi darah menstruasi, endometrial implant ini tidak punya
jalan ke luar. Sehingga, mereka membesar pada setiap siklus, dan gejala
endometriosis (yaitu rasa sakit hebat di daerah perut) cenderung makin lama
makin parah. Intensitas rasa sakit yang disebabkan oleh endometriosis ini
sangat tergantung pada letak dan banyaknya endometrial implant yang ada
pada kita. Walaupun demikian, endometrial implant yang sangat kecil pun
dapat menyebabkan kita kesakitan luar biasa apabila terletak di dekat saraf.(Utamadi, Gunadi,
2004). Setiap bulan, selaput endometrium akan berkembang dalam rahim dan
membentuk satu lapisan seperti dinding. Lapisan
ini akan menebal pada awal siklus haid sebagai persediaan menerima telur
tersenyawa (embrio). Bagaimanapun jika tidak ada, dinding ini akan runtuh dan
dibuang sebagai haid.
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari.
Endometriosis perlu dibuang segera kerana ia akan menyebabkan:
-Tidak mampu ovulasi. -Folikel tidak pecah.Luteolisis. -Oosit tidak matang. -Hubungan seks menjadi sakit dan ini mengakibatkan ia jarang dilakukan. -Kadar keguguran yang tinggi (45 %). (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail,2005)
Endometriosis yang ada di luar rahim juga akan mengalami proses sama seperti dalam rahim dan berdarah setiap bulan. Oleh kerana selaput ini ada di tempat tidak sepatutnya, ia tidak boleh keluar dari badan seperti lapisan endometrium dalam rahim. Pada masa sama, selaput ini akan menghasilkan bahan kimia yang akan mengganggu selaput lain dan menyebabkan rasa sakit. Lama kelamaan, lapisan endometriosis ini semakin tebal dan membentuk benjolan atau kista (kantung berisi cecair) dalam ovari.
Endometriosis perlu dibuang segera kerana ia akan menyebabkan:
-Tidak mampu ovulasi. -Folikel tidak pecah.Luteolisis. -Oosit tidak matang. -Hubungan seks menjadi sakit dan ini mengakibatkan ia jarang dilakukan. -Kadar keguguran yang tinggi (45 %). (Prof.Dr.Nik Mohd Nasri Ismail,2005)
E. Pemeriksaan Diagnostik
- Laparoskopi Membuat lubang kecil pada pusar dan memasukkan sebuah batang yang diujungnya memiliki kamera yang dihubungkan dengan monitor TV sehingga dapat dilihat langsung kondisi organ kandungan didalam sana, tanpa harus menyayat perut.
- MRI (magnetic imaging resonance)
Dengan menggunakan gelombang magnetik untuk menentukan posisi serta
besar/ luas.
- Thorax X ray
Untuk mengidentifikasi keadaan pulmo.
- Analisa Gas Darah
Menunjukan efektifitas dari pertukaran gas dan usaha pernafasan.
F. Pengobatan
Menurut sebuah penelitian baru di
Italia wanita yang lebih banyak makan buah-buahan dan sayuran lebih jarang
mengalami endometriosis. Endometriosis terjadi bila jaringan yang melapisi
uterus tumbuh di luar uterus dan mulai menutupi organ-organ lain dalam abdomen.
Keadaan tersebut dapat mengakibatkan pendarahan, nyeri, dan rasa tidak nyaman.
Kelainan ini merupakan salah satu penyakit kandungan yang paling sering
terjadi. Para peneliti memutuskan untuk mengamati peran apa yang dimainkan oleh
pola makan dalam terjadinya kelainan tersebut. Mereka melakukan survey terhadap
504 orang wanita yang didiagnosa menderita endometriosis, untuk diperbandingkan
dengan 504 wanita yang tidak menderita penyakit tersebut. Semua partisipan
berusia di bawah 65 tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa konsumsi buah-buahan dan
sayuran hijau melindungi wanita dari penyakit tersebut.
Dibandingkan dengan mereka yang
memakannya dalam jumlah paling sedikit, mereka yang memakannya dalam jumlah
paling banyak memiliki risiko 40 persen lebih kecil terhadap penyakit tersebut.
Namun memakan daging merah menyebabkan efek yang berlawanan. Mereka yang
memakan paling banyak daging merah dan ham mengalami peningkatan risiko 100
persen dibandingkan yang makan paling sedikit. Wanita dapat mengurangi risiko
terhadap endometriosis dengan lebih sedikit memakan daging merah. Penelitian
yang dipimpin oleh Dr Fabio Parazzini ini diterbitkan dalam jurnal Human
Reproduction. Ia mengatakan, “ Penelitian kami menunjukkan bahwa ada hubungan
antara pola makan dan risiko endometriosis dan sekarang kita membutuhkan penelitian
prospektif yang tepat untuk mempelajari faktor-faktor tersebut.” Bila penemuan
ini telah dikonfirmasikan, maka dengan pola makan yang tepat kasus
endometriosis dapat turun sebanyak 3-4%, yang berarti mengurangi 800.000 wanita
yang dapat terkena penyakit ini di Eropa. “Endometriosis mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya dan bila ada penyesuaian yang dapat dilakukan dalam pola
makan untuk mengurangi risiko terhadap penyakit tersebut, sangat penting bagi
kami untuk memperoleh bukti yang jelas tentang makanan apa yang melindungi dan
apa yang meningkatkan risiko,” katanya Dr Janice Rymer, seorang konsultan
kandungan dan kebidanan di London’s Guy and St Thomas’ hospital, mengatakan: “
Hal ini sangat menarik. Tidak ada alasan
mengapa faktor pola makan tidak endometriosis karena kita belum tahu dengan
pasti apa sebenarnya penyebab endometriosis. Jadi faktor pola makan mungkin
merupakan faktor yang penting.” Ia mengatakan beberapa pasienya yang mengalami
endometriosis mengatakan bahwa perubahan pola makan memang bermanfaat. Seorang
juru bicara dari British Nutrition Foundation mengatakan bahwa terlalu dini
untuk membuat kesimpulan, namun penemuan ini dapat menjanjikan sesuatu.
“Endometriosis adalah penyakit yang terkait-estrogen. Makanan tampaknya memodifikasi beberapa penyakit
terkait-estrogen seperti kanker endometium dan ovarium.” Ia mengatakan makanan
yang mengandung zat yang dikenal sebagai phytoestrogen – ditemukan dalam
kedelai, sayuran hijau tua, kacang-kacangan – mengurangi kadar estrogen dalam aliran
darah dan tampaknya mempunyai sifat protektif terhadap penyakit ini. “Telah
dilakukan beberapa penelitian tentang efek diet dalam endometriosis, namun
penelitian pada hewan memang menunjukkan bahwa makanan-makanan tertentu dapat
memberikan perlindungan seperti asam lemak omega-3 yang ditemukan pada ikan,”
katanya. (Kalbefarma,2004)
Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri
kronik berhubungan dengan respon penggantian jaringan endometrial (abdominal,
peritoneal) terhadap siklus rangsang hormon ovarium.
b. Perubahan
pola seksualitas berhubungan dengan senggama yang menimbulkan rasa sakit dan
infertilitas.
c. Ansietas
yang berhubungan dengan penyakit alami yang tidak dapat diperkirakan.
d.
Resiko terhadap ketidak evektivan
penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan ketidakcukupan
pengetahuan tentang kondisi,mitos, dan potensi kehamilan.
DAFTAR
PUSTAKA
Price, Sylvia
Anderson.,Wilson, Lorraine McCarty.1994. Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
Winarta, Sastra., Prof. Sulaiman.
1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen
Carpenito, Lynda Juall, (2001). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta: EGC
Sepenuhnya bisa didownload disini
0 Komentar untuk "Asuhan Keperawatan Dengan Endometriosis"